BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan
adalah suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia yang bekerja secara
bersama-sama untuk menjalankan fungsi manajemen, yaitu manajemen sumber daya
manusia, manajemen keuangan, manajemen produksi operasi,dan manajemen
pemasaran. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan yakni untuk
memperoleh keuntungan namun ada pula perusahaan yang didirikan untuk
meningkatkan kesejahteraan (tidak mengejar keuntungan). Perusahaan akan
memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan baik dalam bentuk
barang maupun jasa. Perusahaan yang kegiatan bisnisnya dalam bentuk barang
biasa disebut perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang
melakukan kegiatan menjual barang-barang dagang tanpa harus terlibat dalam
kegiatan produksi dan perusahaan manufaktur memproduksi barang-barang secara
langsung yang kemudian dijual pada konsumen.
Pada
sebuah perusahaan khususnya perusahaan manufaktur, manajemen keuangan memiliki
peran yang cukup penting dalam sebuah fungsi manajemen perusahaan. Pada saat
perusahaan melakukan sistem penjualannya secara kredit maka kemudian akan
timbul piutang. Hal ini akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan
terutama berdampak pada arus kas.
Sebagaimana diketahui, piutang merupakan
salah satu bagian penting dalam harta lancar perusahaan. Oleh karena itu tidak
dapat dipungkiri bahwa pengendalian piutang merupakan suatu perangkat alat yang
perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena piutang yang tidak dapat
ditagih merupakan faktor yang akan merugikan perusahaan. Dengan kata lain
resiko tidak tertagihnya piutang dari para langganan tetap, adalah tanggung
jawab bersama di antara fungsionaris perusahaan.
Untuk mengantisipasi timbulnya piutang
akibat tidak tertagihnya piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pijaman
atau menambah pinjaman sebelumnya, pihak perusahaan terlebih
dahulu mengadakan evaluasi tentang keadaan atau kemampuan ekonomis calon
pembeli.
Ada
dua hal kemungkinan dapat menimbulkan kerugian piutang, yaitu akibat dari
kecerobohan atau kekurangan hati-hatian perusahaan pada saat terjadi apabila
transaksi penjualan barang dan jasa dapat terjadi kerugian karena keinginan
buruk pembeli dengan sengaja menyia-menyiakan kepercayaan yang diberikan
perusahaan (produsen/penjual). Dan untuk kemungkinan kedua yang mengarah pada
kerugian piutang, yang tidak boleh diabaikan oleh pihak perusahaan, musibah
yang menimpa para pelanggan seperti bencana alam, perampokkan dan lain-lain.
Masalah kedua ini selain mengakibatkan kegurian piutang, juga akan mempengaruhi
seluruh kebijaksanaan perusahaan. Kerugian piutang yang tidak tertagih,
merupakan persoalan timbul setelah terjadinya transaksi penjualan barang dan
jasa, dan hal ini sering diketahui dalam jangka waktu yang relatif lama.
Adapun
suatu masalah yang sering terjadi yaitu saat konsumen lalai dalam melakukan
pembayaran. Hal ini akan berdampak bagi perusahaan,yaitu keterlambatan dalam
pelunasan piutang dan arus kas perusahaan pun akan menurun sehingga berpengaruh
pada efektivitas kegiatan operasional perusahaan.
PT.
YUPI INDO JELLY GUM merupakan salah satu perusahaan yang sebagian besar
aktivitas bisnis atau penjualannya dilakukan secara kredit. Perusahaan
melakukan kegiatan penjualan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kebijakan kredit yang diterapkan diharapkan mampu memberikan
keuntungan yang optimal dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal tersebut
disebabkan oleh tingginya tingkat risiko penjualan secara kredit yang
mengharuskan perusahaan untuk menjalankan segala prosedur penjualan berdasarkan
kebijakan kredit yang dimiliki. Perusahaan menjalankan prosedur penjualan
berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki karena berkaitan dengan
karakterisitik produk yang dijual, yakni terkait dengan kualitas produk yang
memberikan garansi sesuai batas waktu yang ditentukan, sehingga biasanya
konsumen akan mendapatkan retur pembelian saat produk yang digunakan tidak
sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Adapun retur pembelian yang dilakukan
oleh konsumen akan memberikan dampak pada penerimaan piutang yang akan dibayar
oleh konsumen pada perusahaan. Oleh sebab itu, dalam sebuah perusahaan perlu
adanya sistem pengendalian piutang yang baik agar dapat mengelola keuangannya
dan terus beroperasi untuk memenuhi permintaan pasar serta menjaga loyalitas
dan kepercayaan pelanggan.
Salah
satu cara yang paling akurat untuk menentukan jumlah taksiran piutang tak
tertagih yang diinginkan adalah dengan analisis umur piutang, berdasarkan
metode ini taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan cara
mengklasifikasikan piutang yang beredar kedalam kategori jangka waktu piutang
tersebut tertunggak. Selanjutnya, total tiap kategori dikalikan dengan
presentase ketidak terkumpulnya piutang yang telah ditetapkan untuk setiap
kategori umur piutang. Presentase tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan
pengalaman pengumpulan piutang pada periode yang lalu.
Dengan
melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul “Analisis Pengendalian Piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam
penulisan ilmiah ini adalah
1. bagaimanakah cara untuk menentukan
taksiran kerugian piutang?
2. metode apakah yang digunakan PT.
YUPI INDO JELLY GUM untuk
menganalisis pengendalian piutang?
3. menganalisis keefektifan pengendalian
piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM?
1.3 Batasan Masalah
Penulis mambatasi masalah hanya pada laporan dan
metode pengendalian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM periode 2012
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui cara untuk menentukan taksiran kerugian piutang, mengetahui metode apakah
yang digunakan PT. YUPI INDO JELLY GUM untuk menganalisis pengendalian
piutang dan mengetahui keefektifan pengendalian piutang pada PT. YUPI INDO
JELLY GUM
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat
yang di harapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini yaitu :
1.5.1 Manfaat akademis
1.Membantu penulis dalam lebih
memahami materi yang telah diajarkan selama masa perkuliahan sehingga dapat
menerapkan berbagai teori yang telah di dapat ke dalam duni nyata.
2.Dapat dijadikan sebagai acuan bagi
penulis lain apabila ingin melakukan penelitian sejenis.
1.5.2 Manfaat praktis
1.Sebagai bahan pertimbangan dalam
menerapkan sistem pengendalian piutang.
2.Sebagai acuan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan piutang sehingga dapat
meningkatkan mutu dan kinerja perusahaan demi perkembangan perusahaan
kedepannya.
3.Bagi perusahaan yang menjadi objek
penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pandangan
dan pertimbangan mengenai adanya resiko piutang tak tertagih apabila melakukan
penjualan secara kredit.
1.6 Metodologi Penelitian
dalam penelitian
ilmiah ini penulis menjabarkan hal-hal sebagai berikut :
1.6.1 Objek penelitian
Objek penelitian yang diambil penulis adalah PT. YUPI INDO JELLY
GUM, produser Permen Gummy kelas dunia dengan standar internasional tertinggi.
Marketing & Sales Office
Jl. Pancasila IV, Cicadas - Gunung Putri,
Bogor 16964 - Indonesia
Telp. (62-21) 8672450 - 8672454
Fax. (62-21) 8672455
E-mail : sales@yupindo.com
Website : http://www.yupindo.com
Marketing & Sales Office
Jl. Pancasila IV, Cicadas - Gunung Putri,
Bogor 16964 - Indonesia
Telp. (62-21) 8672450 - 8672454
Fax. (62-21) 8672455
E-mail : sales@yupindo.com
Website : http://www.yupindo.com
1.6.2 Data atau
Variabel
Dari yang penulis gunakan adalah laporan keuangan yang
terdapat rincian pencatatan piutang dan sejarah singkat perusahaan tersebutyang
didapat dari PT. YUPI INDO JELLY GUM periode 2011-2012.
Data yang akan diolah adalah:
1.
Laporan piutang pada periode 2012
1.6.3 Metode pengumpulan data atau variable
Dalam penulisan ilmiah ini penulis
menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Data
primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari nara
sumbernya melalui penelitian lapangan.
2. Data
sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak
langsung melalui penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dapat dilakukan dengan
mengumpulkan sejumlah referensi yang ada untuk mendapatkan teori - teori yang dapat memaparkan tentang analisis
kerugian piutang sehingga dapat menjadi acuan dalam penulisan ilmiah ini.
1.6.4
Alat
Analisis
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menganalisis
kerugian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM berdasarkan metode umur
piutang untuk mengetahui seberapa besar kerugian piutang pada perusahaan. berdasarkan
metode ini taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan cara
mengklasifikasikan piutang yang beredar kedalam kategori jangka waktu piutang
tersebut tertunggak. Selanjutnya, total tiap kategori dikalikan dengan
presentase ketidak terkumpulnya piutang yang telah ditetapkan untuk setiap
kategori umur piutang. Presentase tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan
pengalaman pengumpulan piutang pada periode yang lalu.
1.6.5 Sistematika Penulisan
Agar penyajian penulisan ilmiah ini terlihat lebih
teratur maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut
BAB I : Sebagai bab Pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika.
BAB II :Landasan Teori yang meliputi definisi piutang,
penggolongan piutang, department kredit, pengertian metode analisis umur
piutang, metode penghapusan langsung, metode cadangan, kajian penelitian sejenis, alat analisis yang
digunakan.
BAB III : Metodologi
Penelitian yang meliputi objek penelitian, sejarah singkat, data penelitian, metode
pengumpulan data atau variable, alat analisis yang digunakan.
BAB IV : Pembahasan
melingkupi data dan profile objek
penelitian, hasil penelitian dan analisis menggunakan metode umur piutang,
rangkuman hasil penelitian.
BAB V : Kesimpulan dan Saran yang meliputi kesimpulan
atas hasil – hasil pengamatan yang yang dilakukan penulis dan saran yang
disampaikan penulis berdasarkan analisis dari data – data yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Piutang.
pengertian
piutang menurut Soemarso (2004:338)
Piutang merupakan kebiasaan bagi
perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada
waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya
dalam bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas
penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
Pengertian
piutang menurut Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:151)
Piutang adalah klaim terhadap
sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang.
Pengertian
piutang menurut Hadri Mulya (198 : 2010)
Piutang
adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorag
atau suatu perusahaan.
Pengertian piutang menurut Slamet Sugiri (43
: 2009)
Piutang
adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang
akan diterima dalam bentuk kas.
Pengertian
piutang menurut Rusdi Akbar (2004:199)
Piutang meliputi semua hak atau
klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau
jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.
Pengertian
piutang menurut Enny pudjiastuti (2004;117)
Piutang yaitu : Piutang (receivables)
merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit.
Pengertian
piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95)
Piutang dagang (account
receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau
pihak lain yang membeli produk perusahaan.
Pengertian
piutang menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404)
Piutang meliputi semua klaim
dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau
organisasi lainnya.
Pengertian
piutang menurut Horne (2005 : 258)
Piutang meliputi jumlah uang yang
dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai
jasa secara kredit.
Pengertian
piutang menurut Mohammad Muslich(2003:109)
Piutang terjadi karena penjualan
barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk
memperbesar penjualan.
Pengertian
piutang menurut Smith (2005 : 286)
Piutang dapat didefinisikan dalam
arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan
jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai
klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas.
Pengertian
piutang menurut M.Munandar (2006:77)
Piutang adalah tagihan perusahaan
kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah
sampai jatuh tempo.
Pengertian
piutang menurut Prastowo dan Julianty (2002 : 147)
Piutang berisikan pemberian
kredit yang diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya.
Mereka mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya
kembali kepada perusahaan lain.
Pengertian
piutang menurut Zaki Baridwan (2004 : 124)
Piutang dagang menunjukkan
piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan, dalam kegiatan normal perusahaan biasanya piutang dagang akan
dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan
dalam aktiva lancar.
Pengertian
piutang menurut Haryono Yusup (2001:52)
Piutang adalah hak untuk menagih
sejumlah uang dari sipenjual kepada sipembeli yang timbul karen adanya suatu
transaksi.
Pengertian
piutang menurut Munawir (2004:15)
Piutang dagang adalah tagihan
kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan secara kredit.
Pengertian
piutang menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:81)
Piutang adalah aktiva atau
kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan
penjualan kredit.
Pengertian
piutang menurut Syamsuddin(2001 : 254)
Piutang meliputi semua transaksi-transaksi
pembelian secara kredit tetapi tidak membutuhkan suatu bentuk catatan atau
surat formal yang ditandatangani yang menyatakan kewajiban pihak pembeli kepada
pihak penjual.
Berdasarkan
definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Pengertian piutang secara
umum adalah tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran
dengan pihak yang akan membayar kewajibannya, atau dapat disebutkan sebagai
tuntutan kreditur kepada debitur yang pembayarannya biasanya dilakukan dengan
uang. Pengelolaan piutang secara efisien
sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan
pendapatan. Meningkatnya proporsi piutang dalam laporan keuangan perusahaan
akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara seksama.
2.1.1 Pengklasifikasian Piutang
Piutang merupakan
aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu
tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil
usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari
adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess
mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel,
tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih
banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang
menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit.
Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha
semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang
relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di
neraca sebagai aktiva lancar.
2. Wesel Tagih
Wesel
tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah
menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan
tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai
aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60
hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila
wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu
kadang-kadang disebut piutang dagang (trade
receivable)
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain
biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika p[iutang ini diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul
investasi. Piutang lain-lain (other
receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat
atau karyawan perusahaan.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Piutang merupakan
aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari
likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang
Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut :
a. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin
besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya
jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan iu juga
memperbesar profitability.
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat
misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga
yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam
penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi
kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang
ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih
rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil.
d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan
dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan
harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan
piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih
cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka
pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan
lebih besar.
e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan
para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan
jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash
discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang
tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.1.3 Perputaran Piutang
Kelancaran penerimaan
piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui
dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan
piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat
dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan
menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat
tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang
dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini :
Menurut S.Munawir
(2002:75) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut (turn over receivable),
yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata.
Sedangkan
menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui
dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah
rata-rata piutang (average receivable)
Dari pengertian yang telah diuraikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiri dari dua variabel
yaitu total penjualan kredit dan rata-rata piutang.
2.1.4 Resiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat
dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas
yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut
resiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir
berpendapat bahwa : Semakin besar day’s
receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak
tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap
kemungkinan kerugia yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti
perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu bear (overstated)
Resiko kerugian piutang terdiri dari
beberapa macam yaitu :
a. Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan
(Piutang)
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang
tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan
sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial
dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi
negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
b. Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima
kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
c. Resiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan
dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang
lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
d. Resiko tidak tertanamnya modal dalam
piutang
Resiko ini
terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan
hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
2.1.5 Metode Penentuan Kerugian Piutang
1.
Metode cadangan / Metode Penghapusan Tidak
Langsung (Allowance Method)
Dengan
metode ini, piutang tidak tertagih ditentukan setiap akhir periode akuntansi.
Metode ini mencatat pengumpulan - kerugian piutang yang didasarkan pada
taksiran tertentu atas jumlah piutang tak tertagih. Agar tujuan penandingan
antara biaya dan pendapatan tercapai, kerugian piutang tak tertagih harus
ditentukan secara periodik.
Dan jurnal pencatatan setiap trasnsaksi adalah sebagai berikut : (AL. Haryono Jusuf,1984,91)
Adanya taksiran kerugian piutang :
Kerugian piutang xxx
Cadangan kerugian piutang xxx
Saat piutang dihapus :
Cadangan kerugian piutang xxx
Kerugian piutang xxx
Saat pembayaran piutang :
Piutang xxx
Cadangan kerugian piutang xxx
Saat uang pembayaran diterima :
Kas xxx
Piutang xxx
2.
Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)
Metode
ini merupakan metode yang sangat sederhana, dan lebih didasarkan kepada suatu kenyataan
daripada suatu taksiran. Pencatatan terhadap piutang tak tertagih dilakukan
pada saat piutang tersebut diketahui secara pasti tidak tertagih.
Adapun jurnal pencatatan transaksinya adalah sebagai berikut : (AL. Haryono Jusuf,1984,78
Pada
saat penghapusan piutang :
Kerugian piutang xxx
Piutang xxx
Pada saat pelunasan piutang :
Piutang xxx
Kerugian piutang xxx
Penerimaan uang dari piutang yang sudah dihapus :
Kas xxx
Piutang xxx
Pelunasan kembali dilakukan pada tahun berikutnya :
Piutang xxx
Penerimaan piutang
yang sudah dihapus xxx
Kerugian piutang xxx
Piutang xxx
Pada saat pelunasan piutang :
Piutang xxx
Kerugian piutang xxx
Penerimaan uang dari piutang yang sudah dihapus :
Kas xxx
Piutang xxx
Pelunasan kembali dilakukan pada tahun berikutnya :
Piutang xxx
Penerimaan piutang
yang sudah dihapus xxx
3.
Metode Penyisihan
Sebagian besar perusahaan menggunakan metode konsep
penyisihan untuk mengukur piutang tak tertagih. Konsep kunci dalam konsep
penyisihan adalah mencatat beban piutang tak tertagih dalam dalam periode yang
sama dengan pendapatan penjualan.
4.
Metode Persentase Penjualan
Metode persentase penjualan menghitung beban piutang tak tertagih sebagai
persentase dari penjualan kredit bersih. Metode ini juga disebut pendekatan
laporan laba rugi karena berfokus pada jumlah beban.
2.1.6 Metode Analisis Umur Piutang
Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada
konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena
beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama
semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum
dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab,
antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian
piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan
memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Metode umur piutang
usaha juga disebut pendekatan neraca karena berfokus pada piutang usaha.
Dalam metode analisis umur piutang, masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah yang sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dikelompokan berdasarkan lama waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan ditetapkan presentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan menggunakan cara ini sudah mempertimbangkan saldo rekening. Cadangan kerugian piutang yang merupakan jumlah kerugian piutang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pengelompokan saldo piutang berdasarkan umur.
Nama
|
Jumlah
|
Belum
Menunggak
|
Menunggak
|
|||||
1-30
|
31-60
|
61-90
|
91-180
|
181-365
|
>365
|
|||
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
xxx
|
|
xxx
|
|
xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
|
xxx
|
|
Jumlah
|
Xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
Xxx
|
Pemisahan
masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang
ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing langganan dapat
dikelompokkan bersarkan umurnya. Langkah berikutnya adalah menentukan besarnya
persentase kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur, seperti table berikut
ini :
Kelompok
umur
|
Jumlah
(a)
|
Kerugian
piutang (b)
|
Taksiran
kerugian piutang
|
Belum
menunggak
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
1-30
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
31-60
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
61-90
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
91-180
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
181-365
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
>365
|
Xxx
|
Xxx%
|
xxx
|
Jumlah
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
(Y)
|
Menurut Efraim Ferdinan Giri (1993,115) Rumus untuk menghitung jumlah
Taksiran Kerugian Piutang adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) = jumlah
masing-masing kelompok (a) * persentase kerugian piutang (b).
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Sehingga dicatat
pada jurnal sebagai berikut :
Beban Kerugian
Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
2.2 Kajian Sejenis
Penulis
mengambil kesimpulan kajian penelitian sejenis dari penulisan ilmiah yang telah
dilakukan oleh :
a. - Nama : Ginanjar
Ayadi Tama 2007
- Judul : Analisis Pengendalian Piutang Tak Tertagih pada Koperasi Sejahtera SLTP 163 Jakarta
Selatan
- Kesimpulan : karya ilmiah ini bertujuan untuk
mengetahui kebijakan yang diterapkan koperasi yang bersangkutan untuk dapat
meminimalisasi terjadinya piutang tak tertagih. Kebijakan yang dijalankan sudah
baik namun belum cukup efektif sepenuhnya dari pihak operasi dalam menerapkan
5C. taksiran kerugian piutang masih cukup besar yakni sekitar 20%. Namun
pengendalian piutang sudah cukup baik karna dalam periode dua tahun,
presentasenya hanya sebesar 18,21%.
b - Nama : Isni Aisyah
2011
-
Judul : Analisis Piutang
Tak Tertagih Berdasarkan Metode Umur Piutang pada PT. Bhanda Ghara Reksa
(persero) cabang Bandung
-
Kesimpulan : Dalam kegiatanya PT.
BGR melakukan transaksi jasanya dengan dua cara yaitu secara tunai yang akan
masuk ke dalam kas perusahaan dan secara kredit yang akan menimbulkan piutang
usaha. Tidak ada satu pun dari perusahaan yang mengharapkan bahwa dari sekian
banyaknya debitur terdapat sebagian yang tidak bisa membayar kewajibannya
walaupun dalam proses pemberian kredit telah diteliti sebaik-baiknya. Piutang
yang telah jatuh tempo dan tidak terbayarkan maka akan menimbulkan piutang tak
tertagih pada PT. Bhanda Ghara Reksa.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif yaitu
metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran perusahaan secara
sistematis, faktual, akurat, mengenai sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki.
Pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang
diteliti.PT. BGR seringkali membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging
schedule) yaitu dengan mengelompokan piutang pada periode tertentu untuk
memudahkan perhitungan piutang yang beredar kemudian menghitung cadangan
kerugian piutang yang akan dibebankan pada akhir periode untuk mengakomodasikan
kemungkinan piutang tak tertagih. Dengan menggunakan umur piutang, PT. Bhanda
Ghara Reksa dapat mengetahui posisi piutang pada periode tertentu sehingga
dapat mengambil kebijakan keuangan yang tepat serta untuk menggambarkan
seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek
Penelitian
Objek penelitian
yang diambil penulis adalah PT. YUPI INDO JELLY GUM, produser Permen Gummy kelas dunia dengan standar
internasional tertinggi. Yang
terletak di Jl. Pancasila IV, Cicadas - Gunung Putri, Bogor 16964 – Indonesia. Telp. (62-21)
8672450 – 8672454. Fax. (62-21) 8672455. E-mail : sales@yupindo.com Website : http://www.yupindo.com
3.1.1
Sejarah Singkat
PT. YUPI INDO JELLY GUM adalah produser Permen Gummy
kelas dunia. Memulai sebagai usaha
patungan dengan salah satu Produsen Gummy terkemuka di Eropa, PT. YUPI INDO JELLY GUM telah menjadi pemimpin pasar dalam produk permen gummy
di Indonesia sejak tahun 1996 dan pemain terbesar di Asia Tenggara. Produk PT. YUPI INDO JELLY GUM didistribusikan di seluruh benua, termasuk Asia,
Amerika Utara, Australia, Eropa dan Timur Tengah. Pabriknya
dibangun dilahan
seluas 5 hektar, yang
terletak di Gunung Putri, Bogor, hanya satu jam perjalanan dari ibukota, Jakarta. Pabrik Yupi dilengkapi
dengan mesin-mesin kelas dunia
berteknologi
tinggi.
Produk PT. YUPI INDO JELLY GUM dibuat dengan bahan-bahan berkualitas terbaik dan beberapa dari mereka yang diimpor dari luar
negeri. Kualitas selalu menjadi
komponen fundamental dari filosofi PT. YUPI INDO JELLY GUM.
Sebagai "Pioneer" produsen gummy candy di Indonesia, PT. YUPI INDO JELLY GUM hanya menggunakan peralatan yang memenuhi standar internasional.
Dalam memastikan bahwa produk tersebut memenuhi keamanan pangan dan kebersihan, PT. YUPI INDO JELLY GUM telah mengimplementasikan (Hazard Analysis and Critical Control Point) Sistem HACCP.
Dari langkah pertama dalam proses hingga untuk kemasan akhir, PT. YUPI INDO JELLY GUM terus-menerus dan memantau kualitas melalui jaminan kualitas dan kontrol kualitas untuk memastikan standar kualitas tinggi terpenuhi sehingga seluruh kegiatan mengikuti standar internasional GMP (Good Manufacturing Practices).
Sebagai "Pioneer" produsen gummy candy di Indonesia, PT. YUPI INDO JELLY GUM hanya menggunakan peralatan yang memenuhi standar internasional.
Dalam memastikan bahwa produk tersebut memenuhi keamanan pangan dan kebersihan, PT. YUPI INDO JELLY GUM telah mengimplementasikan (Hazard Analysis and Critical Control Point) Sistem HACCP.
Dari langkah pertama dalam proses hingga untuk kemasan akhir, PT. YUPI INDO JELLY GUM terus-menerus dan memantau kualitas melalui jaminan kualitas dan kontrol kualitas untuk memastikan standar kualitas tinggi terpenuhi sehingga seluruh kegiatan mengikuti standar internasional GMP (Good Manufacturing Practices).
3.2
Data atau Variabel yang digunakan
Data yang digunakan dalam Penulisan
Ilmiah ini di peroleh dari data bulan Januari – Desember tahun 2012. Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh
penulis maka dapat di peroleh data yang di sajikan dalam tabel sebagai berikut
:
2012
|
|
Lancar
|
1-15
|
16-30
|
31-60
|
>60
|
Januari
|
|
43,644,907,5.02
|
82,300,6.09
|
19,728,7.86
|
19,367,3.68
|
109,268,5.03
|
Februari
|
|
47,914,061,4.84
|
67,781,3.84
|
73,042,3.11
|
17,852,9.46
|
23,126,0.32
|
Maret
|
|
44,979,964,6.15
|
51,980,6.22
|
35,677,9.44
|
(1,439,2.47)
|
(7,210,9.82)
|
April
|
|
44,746,310,0.38
|
19,109,0.23
|
50,998,1.22
|
34,867,9.44
|
(11,991,2.99)
|
Mei
|
|
45,372,618,1.89
|
13,368,3.84
|
8,407,9.06
|
1,973,5.01
|
(13,991,1.65)
|
Juni
|
|
56,369,985,5.77
|
(39,858,4.95)
|
918,3.84
|
1,776,1.79
|
(12,017,6.64)
|
Juli
|
|
57,588,233,3.11
|
41,694,9.87
|
(40,365,3.37)
|
(16,074,7.82)
|
(10,241,9.77)
|
Agustus
|
|
49,804,175,5.40
|
66,580,8.62
|
64,337,6.98
|
(31,815,3.37)
|
(25,287,9.47)
|
September
|
|
62,455,564,9.61
|
686,306,4.13
|
35,117,8.65
|
9,170,9.89
|
(65,661,0.65)
|
Oktober
|
|
55,254,770,3.49
|
1,098,660,2.66
|
257,311,9.13
|
2,149,2.46
|
(53,725,2.92)
|
Nopember
|
|
56,257,178,9.44
|
273,302,4.44
|
718,941,7.03
|
236,057,2.04
|
(54,767,7.00)
|
Desember
|
|
55,498,178,2.55
|
75,607,1.91
|
113,003,5.92
|
295,060,2.95
|
88,535,6.54
|
3.3 Metode Pengumpulan Data atau Variabel
Pengumpulan
data yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan data :
-
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak
langsung melalui penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dapat dilakukan dengan
mengumpulkan sejumlah referensi yang ada untuk mendapatkan teori - teori yang dapat memaparkan tentang
Elastisitas permintaan harga sehingga dapat menjadi acuan dalam penulisan
ilmiah ini.
-
Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari nara
sumbernya melalui penelitian lapangan.
3.4 Alat Analisis yang digunakan
Dalam
penulisan ilmiah ini, penulis menganalisis kerugian piutang pada PT.
YUPI INDO JELLY GUM berdasarkan metode umur piutang untuk mengetahui seberapa
besar kerugian piutang pada perusahaan
Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada
konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena
beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama
semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum
dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab,
antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian
piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan
memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Metode umur piutang
usaha juga disebut pendekatan neraca karena berfokus pada piutang usaha.
Dalam metode analisis umur piutang, masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah yang sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dikelompokan berdasarkan lama waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan ditetapkan presentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan menggunakan cara ini sudah mempertimbangkan saldo rekening. Cadangan kerugian piutang yang merupakan jumlah kerugian piutang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pengelompokan saldo piutang berdasarkan umur.
Dalam metode analisis umur piutang, masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah yang sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dikelompokan berdasarkan lama waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan ditetapkan presentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan menggunakan cara ini sudah mempertimbangkan saldo rekening. Cadangan kerugian piutang yang merupakan jumlah kerugian piutang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pengelompokan saldo piutang berdasarkan umur.
Nama
|
Jumlah
|
Belum
Menunggak
|
Menunggak
|
|||||
1-30
|
31-60
|
61-90
|
91-180
|
181-365
|
>365
|
|||
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
xxx
|
|
xxx
|
|
xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
Xxx
|
|
|
Xxx
|
|
xxx
|
|
Jumlah
|
Xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
xxx
|
Xxx
|
Pemisahan
masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang
ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing langganan dapat
dikelompokkan bersarkan umurnya. Langkah berikutnya adalah menentukan besarnya
persentase kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur, seperti table berikut
ini :
Kelompok
umur
|
Jumlah
(a)
|
Kerugian
piutang (b)
|
Taksiran
kerugian piutang
|
Belum
menunggak
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
1-30
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
31-60
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
61-90
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
91-180
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
181-365
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
|
>365
|
Xxx
|
Xxx%
|
xxx
|
Jumlah
|
Xxx
|
Xxx%
|
Xxx
(Y)
|
Menurut Efraim Ferdinan Giri (1993,115) Rumus untuk menghitung jumlah
Taksiran Kerugian Piutang adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) = jumlah
masing-masing kelompok (a) * persentase kerugian piutang (b).
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Sehingga dicatat
pada jurnal sebagai berikut :
Beban Kerugian
Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx