Rabu, 08 Mei 2013

proposal


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama untuk menjalankan fungsi manajemen, yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen produksi operasi,dan manajemen pemasaran. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan yakni untuk memperoleh keuntungan namun ada pula perusahaan yang didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan (tidak mengejar keuntungan). Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Perusahaan yang kegiatan bisnisnya dalam bentuk barang biasa disebut perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang melakukan kegiatan menjual barang-barang dagang tanpa harus terlibat dalam kegiatan produksi dan perusahaan manufaktur memproduksi barang-barang secara langsung yang kemudian dijual pada konsumen.

Pada sebuah perusahaan khususnya perusahaan manufaktur, manajemen keuangan memiliki peran yang cukup penting dalam sebuah fungsi manajemen perusahaan. Pada saat perusahaan melakukan sistem penjualannya secara kredit maka kemudian akan timbul piutang. Hal ini akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan terutama berdampak pada arus kas.

Sebagaimana diketahui, piutang merupakan salah satu bagian penting dalam harta lancar perusahaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pengendalian piutang merupakan suatu perangkat alat yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan perusahaan. Dengan kata lain resiko tidak tertagihnya piutang dari para langganan tetap, adalah tanggung jawab bersama di antara fungsionaris perusahaan.  

Untuk mengantisipasi timbulnya piutang akibat tidak tertagihnya piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pijaman atau menambah pinjaman    sebelumnya, pihak perusahaan terlebih dahulu mengadakan evaluasi tentang keadaan atau kemampuan ekonomis calon pembeli.

Ada dua hal kemungkinan dapat menimbulkan kerugian piutang, yaitu akibat dari kecerobohan atau kekurangan hati-hatian perusahaan pada saat terjadi apabila transaksi penjualan barang dan jasa dapat terjadi kerugian karena keinginan buruk pembeli dengan sengaja menyia-menyiakan kepercayaan yang diberikan perusahaan (produsen/penjual). Dan untuk kemungkinan kedua yang mengarah pada kerugian piutang, yang tidak boleh diabaikan oleh pihak perusahaan, musibah yang menimpa para pelanggan seperti bencana alam, perampokkan dan lain-lain. Masalah kedua ini selain mengakibatkan kegurian piutang, juga akan mempengaruhi seluruh kebijaksanaan perusahaan. Kerugian piutang yang tidak tertagih, merupakan persoalan timbul setelah terjadinya transaksi penjualan barang dan jasa, dan hal ini sering diketahui dalam jangka waktu yang relatif lama.

Adapun suatu masalah yang sering terjadi yaitu saat konsumen lalai dalam melakukan pembayaran. Hal ini akan berdampak bagi perusahaan,yaitu keterlambatan dalam pelunasan piutang dan arus kas perusahaan pun akan menurun sehingga berpengaruh pada efektivitas kegiatan operasional perusahaan.

PT. YUPI INDO JELLY GUM merupakan salah satu perusahaan yang sebagian besar aktivitas bisnis atau penjualannya dilakukan secara kredit. Perusahaan melakukan kegiatan penjualan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan kredit yang diterapkan diharapkan mampu memberikan keuntungan yang optimal dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko penjualan secara kredit yang mengharuskan perusahaan untuk menjalankan segala prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki. Perusahaan menjalankan prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki karena berkaitan dengan karakterisitik produk yang dijual, yakni terkait dengan kualitas produk yang memberikan garansi sesuai batas waktu yang ditentukan, sehingga biasanya konsumen akan mendapatkan retur pembelian saat produk yang digunakan tidak sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Adapun retur pembelian yang dilakukan oleh konsumen akan memberikan dampak pada penerimaan piutang yang akan dibayar oleh konsumen pada perusahaan. Oleh sebab itu, dalam sebuah perusahaan perlu adanya sistem pengendalian piutang yang baik agar dapat mengelola keuangannya dan terus beroperasi untuk memenuhi permintaan pasar serta menjaga loyalitas dan kepercayaan pelanggan.

Salah satu cara yang paling akurat untuk menentukan jumlah taksiran piutang tak tertagih yang diinginkan adalah dengan analisis umur piutang, berdasarkan metode ini taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan cara mengklasifikasikan piutang yang beredar kedalam kategori jangka waktu piutang tersebut tertunggak. Selanjutnya, total tiap kategori dikalikan dengan presentase ketidak terkumpulnya piutang yang telah ditetapkan untuk setiap kategori umur piutang. Presentase tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan pengalaman pengumpulan piutang pada periode yang lalu.

Dengan melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul “Analisis Pengendalian Piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM”

1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ilmiah ini adalah
1. bagaimanakah cara untuk menentukan taksiran kerugian piutang?
2. metode apakah yang digunakan PT. YUPI INDO JELLY GUM untuk menganalisis pengendalian piutang?
3. menganalisis keefektifan pengendalian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM?

1.3 Batasan Masalah
Penulis mambatasi masalah hanya pada laporan dan metode pengendalian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM periode 2012

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui cara untuk menentukan taksiran kerugian piutang, mengetahui metode apakah yang digunakan PT. YUPI INDO JELLY GUM untuk menganalisis pengendalian piutang dan mengetahui keefektifan pengendalian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini yaitu :
1.5.1 Manfaat akademis
1.Membantu penulis dalam lebih memahami materi yang telah diajarkan selama masa perkuliahan sehingga dapat menerapkan berbagai teori yang telah di dapat ke dalam duni nyata.
2.Dapat dijadikan sebagai acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan penelitian sejenis.

1.5.2 Manfaat praktis
1.Sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan sistem pengendalian piutang.
2.Sebagai acuan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan piutang sehingga dapat meningkatkan mutu dan kinerja perusahaan demi perkembangan perusahaan kedepannya.
3.Bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pandangan dan pertimbangan mengenai adanya resiko piutang tak tertagih apabila melakukan penjualan secara kredit.

1.6 Metodologi Penelitian
dalam penelitian ilmiah ini penulis menjabarkan hal-hal sebagai berikut :

1.6.1 Objek penelitian
Objek penelitian yang diambil penulis adalah PT. YUPI INDO JELLY GUM, produser Permen Gummy kelas dunia dengan  standar internasional tertinggi.
Marketing & Sales Office
Jl. Pancasila IV, Cicadas - Gunung Putri,
Bogor 16964 - Indonesia
Telp. (62-21) 8672450 - 8672454
Fax. (62-21) 8672455
E-mail : sales@yupindo.com
Website : http://www.yupindo.com

1.6.2 Data atau Variabel
Dari yang penulis gunakan adalah laporan keuangan yang terdapat rincian pencatatan piutang dan sejarah singkat perusahaan tersebutyang didapat dari PT. YUPI INDO JELLY GUM periode 2011-2012.
Data yang akan diolah adalah:
1.      Laporan piutang pada periode 2012

1.6.3 Metode pengumpulan data atau variable
Dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan metode  pengumpulan data sebagai berikut :
1.  Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari nara sumbernya melalui penelitian lapangan.
2.  Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah referensi yang ada untuk mendapatkan teori -  teori yang dapat memaparkan tentang analisis kerugian piutang sehingga dapat menjadi acuan dalam penulisan ilmiah ini.

1.6.4        Alat Analisis
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menganalisis kerugian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM berdasarkan metode umur piutang untuk mengetahui seberapa besar kerugian piutang pada perusahaan. berdasarkan metode ini taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan cara mengklasifikasikan piutang yang beredar kedalam kategori jangka waktu piutang tersebut tertunggak. Selanjutnya, total tiap kategori dikalikan dengan presentase ketidak terkumpulnya piutang yang telah ditetapkan untuk setiap kategori umur piutang. Presentase tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan pengalaman pengumpulan piutang pada periode yang lalu.

1.6.5    Sistematika Penulisan
Agar penyajian penulisan ilmiah ini terlihat lebih teratur maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut
BAB I      :      Sebagai bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika.
BAB II :Landasan Teori yang meliputi definisi piutang, penggolongan piutang, department kredit, pengertian metode analisis umur piutang, metode penghapusan langsung, metode cadangan,  kajian penelitian sejenis, alat analisis yang digunakan.
BAB III : Metodologi Penelitian yang meliputi objek penelitian, sejarah singkat, data penelitian, metode pengumpulan data atau variable, alat analisis yang digunakan.
BAB IV :  Pembahasan melingkupi  data dan profile objek penelitian, hasil penelitian dan analisis menggunakan metode umur piutang, rangkuman hasil penelitian.
BAB V :  Kesimpulan dan Saran yang meliputi kesimpulan atas hasil – hasil pengamatan yang yang dilakukan penulis dan saran yang disampaikan penulis berdasarkan analisis dari data – data yang ada.
















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Piutang.

pengertian piutang menurut Soemarso (2004:338)
               Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.

Pengertian piutang menurut Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:151)
               Piutang adalah klaim terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang.

Pengertian piutang menurut Hadri Mulya (198 : 2010)
Piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorag atau suatu perusahaan.

Pengertian piutang menurut Slamet Sugiri (43 : 2009)
                       Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas.

Pengertian piutang menurut Rusdi Akbar (2004:199)
               Piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.



Pengertian piutang menurut Enny pudjiastuti (2004;117)
                Piutang yaitu : Piutang (receivables) merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit.

Pengertian piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95)
               Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.

Pengertian piutang menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404)
               Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Pengertian piutang menurut Horne (2005 : 258)
               Piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit.

Pengertian piutang menurut Mohammad Muslich(2003:109)
               Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan.

Pengertian piutang menurut Smith (2005 : 286)
               Piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas.

Pengertian piutang menurut M.Munandar (2006:77)
               Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo.

Pengertian piutang menurut Prastowo dan Julianty (2002 : 147)
               Piutang berisikan pemberian kredit yang diberikan perusahaan kepada konsumennya ketika menjual barangnya. Mereka mengambil setiap bentuk penjualan kredit dimana perusahaan meneruskannya kembali kepada perusahaan lain.

Pengertian piutang menurut Zaki Baridwan (2004 : 124)
               Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, dalam kegiatan normal perusahaan biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar.

Pengertian piutang menurut Haryono Yusup (2001:52)
               Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari sipenjual kepada sipembeli yang timbul karen adanya suatu transaksi.

Pengertian piutang menurut Munawir (2004:15)
               Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.

Pengertian piutang menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:81)
               Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.

Pengertian piutang menurut Syamsuddin(2001 : 254)
               Piutang meliputi semua transaksi-transaksi pembelian secara kredit tetapi tidak membutuhkan suatu bentuk catatan atau surat formal yang ditandatangani yang menyatakan kewajiban pihak pembeli kepada pihak penjual.

Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Pengertian piutang secara umum adalah tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan pihak yang akan membayar kewajibannya, atau dapat disebutkan sebagai tuntutan kreditur kepada debitur yang pembayarannya biasanya dilakukan dengan uang. Pengelolaan piutang  secara efisien sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan. Meningkatnya proporsi piutang dalam laporan keuangan perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara seksama.

2.1.1 Pengklasifikasian Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.

Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :

1.      Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

2.      Wesel Tagih
            Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable)

3.      Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika p[iutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut :

a.       Volume Penjualan Kredit
      Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan iu juga memperbesar profitability.

b.      Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

c.       Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil.

d.      Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

e.       Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.




2.1.3 Perputaran Piutang        

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini :

Menurut S.Munawir (2002:75) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata.

            Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable)
Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiri dari dua variabel yaitu total penjualan kredit dan rata-rata piutang.

2.1.4 Resiko Kerugian Piutang

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugia yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu bear (overstated)

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :

a.       Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
      Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.

b.      Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
      Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c.       Resiko keterlambatan pelunasan piutang
      Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

d.      Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.


2.1.5 Metode Penentuan Kerugian Piutang

1.      Metode cadangan / Metode Penghapusan  Tidak Langsung (Allowance Method)

Dengan metode ini, piutang tidak tertagih ditentukan setiap akhir periode akuntansi. Metode ini mencatat pengumpulan - kerugian piutang yang didasarkan pada taksiran tertentu atas jumlah piutang tak tertagih. Agar tujuan penandingan antara biaya dan pendapatan tercapai, kerugian piutang tak tertagih harus ditentukan secara periodik.

Dan jurnal pencatatan setiap trasnsaksi adalah sebagai berikut : (AL. Haryono Jusuf,1984,91)

Adanya taksiran kerugian piutang :
Kerugian piutang xxx
Cadangan kerugian piutang xxx

Saat piutang dihapus :
Cadangan kerugian piutang xxx
Kerugian piutang xxx

Saat pembayaran piutang :
Piutang xxx
Cadangan kerugian piutang xxx

Saat uang pembayaran diterima :
Kas xxx
Piutang xxx


2.      Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)

Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana, dan lebih didasarkan kepada suatu kenyataan daripada suatu taksiran. Pencatatan terhadap piutang tak tertagih dilakukan pada saat piutang tersebut diketahui secara pasti tidak tertagih.

Adapun jurnal pencatatan transaksinya adalah sebagai berikut : (AL. Haryono Jusuf,1984,78
Pada saat penghapusan piutang :
Kerugian piutang xxx
Piutang xxx

Pada saat pelunasan piutang :
Piutang xxx
Kerugian piutang xxx

Penerimaan uang dari piutang yang sudah dihapus :
Kas xxx
Piutang xxx

Pelunasan kembali dilakukan pada tahun berikutnya :
Piutang xxx
Penerimaan piutang
yang sudah dihapus xxx

3.      Metode Penyisihan
Sebagian besar perusahaan menggunakan metode konsep penyisihan untuk mengukur piutang tak tertagih. Konsep kunci dalam konsep penyisihan adalah mencatat beban piutang tak tertagih dalam dalam periode yang sama dengan pendapatan penjualan.

4.      Metode Persentase Penjualan
Metode persentase penjualan menghitung beban piutang tak tertagih sebagai persentase dari penjualan kredit bersih. Metode ini juga disebut pendekatan laporan laba rugi karena berfokus pada jumlah beban.

2.1.6 Metode Analisis Umur Piutang

Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab, antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Metode umur piutang usaha juga disebut pendekatan neraca karena berfokus pada piutang usaha.

         Dalam metode analisis umur piutang, masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah yang sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dikelompokan berdasarkan lama waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan ditetapkan presentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan menggunakan cara ini sudah mempertimbangkan saldo rekening. Cadangan kerugian piutang yang merupakan jumlah kerugian piutang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pengelompokan saldo piutang berdasarkan umur.

Nama
Jumlah
Belum
Menunggak
Menunggak
1-30
31-60
61-90
91-180
181-365
>365
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx
Xxx

Xxx
Xxx
Xxx

Xxx

Xxx


Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx
xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

Xxx
Xxx


Xxx
Xxx
Xxx

Xxx


Xxx

Xxx
Xxx
Xxx

xxx

xxx

xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx

xxx

Jumlah
Xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx

Pemisahan masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing langganan dapat dikelompokkan bersarkan umurnya. Langkah berikutnya adalah menentukan besarnya persentase kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur, seperti table berikut ini :








Kelompok umur
Jumlah (a)
Kerugian piutang (b)
Taksiran kerugian piutang
Belum menunggak
Xxx
Xxx%
Xxx
1-30
Xxx
Xxx%
Xxx
31-60
Xxx
Xxx%
Xxx
61-90
Xxx
Xxx%
Xxx
91-180
Xxx
Xxx%
Xxx
181-365
Xxx
Xxx%
Xxx
>365
Xxx
Xxx%
xxx
Jumlah
Xxx
Xxx%
Xxx (Y)

Menurut Efraim Ferdinan Giri (1993,115) Rumus untuk menghitung jumlah Taksiran Kerugian Piutang adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) = jumlah masing-masing kelompok (a) * persentase kerugian piutang (b).
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Sehingga dicatat pada jurnal sebagai berikut :
Beban Kerugian Piutang        xxx
      Cadangan Kerugian Piutang        xxx

2.2 Kajian Sejenis
   Penulis mengambil kesimpulan kajian penelitian sejenis dari penulisan ilmiah yang telah dilakukan oleh :
a. - Nama               : Ginanjar Ayadi Tama 2007
    - Judul               : Analisis Pengendalian Piutang Tak Tertagih pada       Koperasi Sejahtera SLTP 163 Jakarta Selatan
    - Kesimpulan     : karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan yang diterapkan koperasi yang bersangkutan untuk dapat meminimalisasi terjadinya piutang tak tertagih. Kebijakan yang dijalankan sudah baik namun belum cukup efektif sepenuhnya dari pihak operasi dalam menerapkan 5C. taksiran kerugian piutang masih cukup besar yakni sekitar 20%. Namun pengendalian piutang sudah cukup baik karna dalam periode dua tahun, presentasenya hanya sebesar 18,21%.

b - Nama               : Isni Aisyah 2011
      - Judul                   : Analisis Piutang Tak Tertagih Berdasarkan Metode Umur Piutang pada PT. Bhanda Ghara Reksa (persero) cabang Bandung
      - Kesimpulan         : Dalam kegiatanya PT. BGR melakukan transaksi jasanya dengan dua cara yaitu secara tunai yang akan masuk ke dalam kas perusahaan dan secara kredit yang akan menimbulkan piutang usaha. Tidak ada satu pun dari perusahaan yang mengharapkan bahwa dari sekian banyaknya debitur terdapat sebagian yang tidak bisa membayar kewajibannya walaupun dalam proses pemberian kredit telah diteliti sebaik-baiknya. Piutang yang telah jatuh tempo dan tidak terbayarkan maka akan menimbulkan piutang tak tertagih pada PT. Bhanda Ghara Reksa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran perusahaan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.PT. BGR seringkali membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule) yaitu dengan mengelompokan piutang pada periode tertentu untuk memudahkan perhitungan piutang yang beredar kemudian menghitung cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan pada akhir periode untuk mengakomodasikan kemungkinan piutang tak tertagih. Dengan menggunakan umur piutang, PT. Bhanda Ghara Reksa dapat mengetahui posisi piutang pada periode tertentu sehingga dapat mengambil kebijakan keuangan yang tepat serta untuk menggambarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan.



BAB III

METODE PENELITIAN


3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diambil penulis adalah PT. YUPI INDO JELLY GUM, produser Permen Gummy kelas dunia dengan  standar internasional tertinggi. Yang terletak di Jl. Pancasila IV, Cicadas - Gunung Putri,  Bogor 16964 – Indonesia. Telp. (62-21) 8672450 – 8672454. Fax. (62-21) 8672455. E-mail : sales@yupindo.com Website : http://www.yupindo.com

3.1.1 Sejarah Singkat

PT. YUPI INDO JELLY GUM adalah produser Permen Gummy kelas dunia. Memulai sebagai usaha patungan dengan salah satu Produsen Gummy terkemuka di Eropa, PT. YUPI INDO JELLY GUM telah menjadi pemimpin pasar dalam produk permen gummy di Indonesia sejak tahun 1996 dan pemain terbesar di Asia Tenggara. Produk PT. YUPI INDO JELLY GUM didistribusikan di seluruh benua, termasuk Asia, Amerika Utara, Australia, Eropa dan Timur Tengah. Pabriknya dibangun dilahan seluas 5 hektar, yang terletak di Gunung Putri, Bogor, hanya satu jam perjalanan dari ibukota, Jakarta. Pabrik Yupi dilengkapi dengan mesin-mesin kelas dunia berteknologi tinggi.

Produk PT. YUPI INDO JELLY GUM dibuat dengan bahan-bahan berkualitas terbaik dan beberapa dari mereka yang diimpor dari luar negeri. Kualitas selalu menjadi komponen fundamental dari filosofi PT. YUPI INDO JELLY GUM.
Sebagai "Pioneer" produsen gummy candy di Indonesia,
PT. YUPI INDO JELLY GUM hanya menggunakan peralatan yang memenuhi standar internasional.
Dalam memastikan bahwa produk
tersebut memenuhi keamanan pangan dan kebersihan, PT. YUPI INDO JELLY GUM telah mengimplementasikan (Hazard Analysis and Critical Control Point) Sistem HACCP.
Dari langkah pertama dalam proses
hingga untuk kemasan akhir, PT. YUPI INDO JELLY GUM terus-menerus dan memantau kualitas melalui jaminan kualitas dan kontrol kualitas untuk memastikan standar kualitas tinggi terpenuhi sehingga seluruh kegiatan mengikuti standar internasional GMP (Good Manufacturing Practices).

3.2 Data atau Variabel yang digunakan
Data yang digunakan dalam Penulisan Ilmiah ini di peroleh dari data bulan Januari – Desember tahun 2012.  Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penulis maka dapat di peroleh data yang di sajikan dalam tabel sebagai berikut :
   
2012

Lancar
 1-15
 16-30
 31-60
 >60
Januari

         43,644,907,5.02
             82,300,6.09
              19,728,7.86
          19,367,3.68
        109,268,5.03
Februari

         47,914,061,4.84
             67,781,3.84
              73,042,3.11
          17,852,9.46
           23,126,0.32
Maret

         44,979,964,6.15
             51,980,6.22
              35,677,9.44
           (1,439,2.47)
           (7,210,9.82)
April

         44,746,310,0.38
             19,109,0.23
              50,998,1.22
          34,867,9.44
         (11,991,2.99)
Mei

         45,372,618,1.89
             13,368,3.84
                 8,407,9.06
            1,973,5.01
         (13,991,1.65)
Juni

         56,369,985,5.77
            (39,858,4.95)
                    918,3.84
            1,776,1.79
         (12,017,6.64)
Juli

         57,588,233,3.11
             41,694,9.87
             (40,365,3.37)
        (16,074,7.82)
         (10,241,9.77)
Agustus

         49,804,175,5.40
             66,580,8.62
              64,337,6.98
        (31,815,3.37)
         (25,287,9.47)
September

         62,455,564,9.61
           686,306,4.13
              35,117,8.65
            9,170,9.89
         (65,661,0.65)
Oktober

         55,254,770,3.49
        1,098,660,2.66
            257,311,9.13
            2,149,2.46
         (53,725,2.92)
Nopember

         56,257,178,9.44
           273,302,4.44
            718,941,7.03
        236,057,2.04
         (54,767,7.00)
Desember

         55,498,178,2.55
             75,607,1.91
            113,003,5.92
        295,060,2.95
           88,535,6.54





3.3 Metode Pengumpulan Data atau Variabel
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan data :
-          Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah referensi yang ada untuk mendapatkan teori -  teori yang dapat memaparkan tentang Elastisitas permintaan harga sehingga dapat menjadi acuan dalam penulisan ilmiah ini.

-          Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari nara sumbernya melalui penelitian lapangan.

3.4 Alat Analisis yang digunakan

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menganalisis kerugian piutang pada PT. YUPI INDO JELLY GUM berdasarkan metode umur piutang untuk mengetahui seberapa besar kerugian piutang pada perusahaan

Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab, antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Metode umur piutang usaha juga disebut pendekatan neraca karena berfokus pada piutang usaha.
         Dalam metode analisis umur piutang, masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah yang sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dikelompokan berdasarkan lama waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan ditetapkan presentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang dihitung dengan menggunakan cara ini sudah mempertimbangkan saldo rekening. Cadangan kerugian piutang yang merupakan jumlah kerugian piutang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pengelompokan saldo piutang berdasarkan umur.

Nama
Jumlah
Belum
Menunggak
Menunggak
1-30
31-60
61-90
91-180
181-365
>365
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx
Xxx

Xxx
Xxx
Xxx

Xxx

Xxx


Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx
xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

Xxx
Xxx


Xxx
Xxx
Xxx

Xxx


Xxx

Xxx
Xxx
Xxx

xxx

xxx

xxx
Xxx
Xxx
Xxx


Xxx

xxx

Jumlah
Xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx

Pemisahan masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing langganan dapat dikelompokkan bersarkan umurnya. Langkah berikutnya adalah menentukan besarnya persentase kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur, seperti table berikut ini :


Kelompok umur
Jumlah (a)
Kerugian piutang (b)
Taksiran kerugian piutang
Belum menunggak
Xxx
Xxx%
Xxx
1-30
Xxx
Xxx%
Xxx
31-60
Xxx
Xxx%
Xxx
61-90
Xxx
Xxx%
Xxx
91-180
Xxx
Xxx%
Xxx
181-365
Xxx
Xxx%
Xxx
>365
Xxx
Xxx%
xxx
Jumlah
Xxx
Xxx%
Xxx (Y)


Menurut Efraim Ferdinan Giri (1993,115) Rumus untuk menghitung jumlah Taksiran Kerugian Piutang adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) = jumlah masing-masing kelompok (a) * persentase kerugian piutang (b).
Dari perhitungan di atas diketahui jumlah kerugian piutang (y), hasil diatas belum menunjukkan jumlah kerugian piutang yang dibebankan. Jumlah piutang yang dibebankan adalah : Taksiran Kerugian Piutang (Y) ditambah saldo debit atau dikurangi saldo kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Sehingga dicatat pada jurnal sebagai berikut :

Beban Kerugian Piutang        xxx
      Cadangan Kerugian Piutang        xxx